Jumat, 16 Mei 2014

Tanda Cinta Allah



Ada sebuah kisah tentang keluarga kecil yang bahagia. Ayah, Ibu, Adik, dan Kakak yang ia miliki, semuanya sayang kepadanya. Mereka hidup berkecukupan. Hampir tak ada masalah yang mereka punya, kecuali ocehan-ocehan kecil dari anak-anaknya yang sedang saling berselisih paham. Selain itu, masalah yang mereka miliki, selalu dihadapi oleh kepala dingin agar tak menjadi masalah besar. Ayah dan ibu adalah karyawan di salah satu kantor yang berada dekat rumah. Dari mulai kontrakan, hingga akhirnya mereka membeli rumah sendiri. Semuanya ialah dari tabungan hasil mereka berdua, demi mencukupi anak-anaknya yang masih kecil. Mereka hidup dengan penuh kebahagiaan, tak terkecuali pula anak-anaknya yang sopan dan sangat menghormati orang tuanya. Satu per satu barang yang mereka tak miliki dahulu, terpenuhi dengan tabungan orang tua. Dari tabungan pula lah, orang tuanya bisa pergi ke Mekkah. Bertahun-tahun mereka hidup tak kekurangan apapun, hingga akhirnya anaknya yang sudah menuju dewasa bisa sekolah di Perguruan Tinggi Negeri di kota besar. Oleh karena itu, akhirnya orang tuanya memikirkan apa yang belum sempat mereka miliki, yaitu mobil. Kini kebahagiaannya pun sangat sempurna.
Hingga suatu hari mereka diberi cobaan dari Allah, cobaan yang tak pernah mereka fikirkan sebelumnya, cobaan yang ringan tetapi sangat lama untuk dijalankan. Suatu hari, ayahnya dibawa karena tuduhan fitnah diatasnamakan kesalahan pekerjaannya. Dimana ayahnya tidak bisa bertemu setiap saat oleh anak dan istrinya, dimana harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk bertemu ayahnya, dan disitu pula ibunya harus menjadi kepala keluarga sekaligus ibu rumah tangga. Selain itu, anaknya yang sedang kuliah pun mendapati cobaan dimana ia tidak bisa menyelesaikan Tugas akhirnya dengan tepat. Banyak rintangan yang anaknya lalui untuk mendapati sebuah Toga. Pernah suatu hari anaknya berfikir “Mengapa tidak Engkau limpahkan Ujian ini kepada orang lain yang tidak pernah mensyukuri nikmatMu? Yang tidak pernah menyebut namaMu? Yang sering menuruti semua laranganMu? Padahal kami selalu menyebut namaMu, kami syukuri semua nikmat yang Engkau beri, menuruti semua perintahMu, tetapi Mengapa harus kami yang menerima Ujian ini dariMu ya Allah??”
Mungkin ini adalah cobaan kecil yang sedang Allah beri pada keluarga ini, karena Allah ingin keluarga ini terus dan terus memohon padaNya, ini semua Allah beri karena Allah sayang pada keluarga ini.
Delapan bulan berlalu, dengan penuh rintangan yang mereka hadapi demi menyelesaikan cobaan ini. Mereka pun akhirnya saling membantu, ibunya yang selalu memotivasi ayah dan anaknya, dan anaknya yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. Akhirnya anaknya pun sadar bahwa ini adalah salah satu ujian yang ahrus mereka syukuri. Hingga akhirnya dengan penuh perjuangan, anaknya bisa mendapatkan toga yang ia inginkan dan ayahnya pun sudah kembali dalam keluarganya. Alhamdulillah... J J J

Renungan untuk kita:
Hidup dengan tubuh yang sempurna adalah tanda cinta Allah..
Memiliki keluarga yang utuh pun adalah karunia dari-Nya..
Kebahagiaan datang bukan karena semua yang kita miliki harus sempurna dan indah, namun dengan ketidaksempurnaan yang kita miliki lah yang membuat kita Bahagia..
Ujian, Cobaan, dan Masalah apapun yang datang kepadamu, janganlah kamu menyalahkan atas karena Allah. Karena sebagian manusia yang sedang bersedih hatinya, sedang mengalami masalah, sedang tidak bahagia, melimpahkan semuanya kepadaNya..
“Mengapa Engkau beri kami masalah ini, ya Allah?? Mengapa kami tidak pernah merasakan bahagia seperti yang orang lain rasakan, ya Allah?? Apa salah kami??”
“Mengapa tidak Engkau limpahkan Ujian ini kepada orang lain yang tidak pernah mensyukuri nikmatMu? Yang tidak pernah menyebut namaMu? Yang sering menuruti semua laranganMu? Padahal kami selalu menyebut namaMu setiap detik, kami syukuri semua nikmat yang Engkau beri, menuruti semua perintahMu, tetapi Mengapa harus kami yang selalu menerima Ujian dan cobaan ini dariMu ya Allah??”

Tahukah Kawan, Allah itu Maha Besar, Maha Mengetahui, Maha Pendengar doa-doa hambaNya yang kesulitan. Berbahagialah engkau kawan karena diberi cobaan dari TuhanMu, Bersyukurlah engkau karena ketika seorang hamba yang diberi ujian dan cobaan dari Allah, ialah orang-orang yang disayang Allah.. Berarti Allah tidak akan melepaskanmu ke dalam dunia yang fana ini, Allah mengetuk pintu hatimu agar kamu tidak terjebak oleh kebahagiaan dunia, agar engkau selalu dan selalu bersyukur atas nikmatNya, agar engkau lebih dan lebih lagi untuk terus menyebut namaNya dan meminta pertolonganNya. Dan ketika engkau diberi cobaan oleh Allah, bersabarlah.. Maka disitulah engkau akan diangkat derajatnya, akan mengurangi dosa-dosamu, itu jika kamu beryukur padaNya.

Senin, 10 September 2012

Cinta Ayah ≠ Cinta Ibu :)




Setiap orang tua selalu mempunyai caranya sendiri untuk membahagiakan anaknya
Begitu juga dengan orang tuaku
Ketika aku lahir di dunia ini 19 tahun yang lalu,
Ibu dan Ayah langsung mendekapku dengan hangat, memelukku dengan kasih sayang, dan
memberikanku cinta yang suci

Namun, setelah ku menginjak remaja..
Ku merasa cinta Ayah padaku berkurang, Ia tak pernah lagi mendengar ceritaku
Ia tak pernah lagi mendengar keluh kesahku
Hanya Ibu yang selalu ada saat ku senang maupun sedih,
Ibu yang selalu mendekapku saat ku ketakutan menghadapi kejamnya dunia
Ibu yang selalu menuntunku saat ku tersesat di kehidupan remajaku
Tetapi Ayah, dimana engkau ayah??
Ku sangat merindukanmu yang dulu..

Tetapi setelah ku menginjak dewasa, ku mulai tersadar..
Ayah sangat sayang padaku, Ayah pun selalu ada saat ku senang dan sedih
Namun Ia tak perlihatkan dengan sikap, Ia selalu perlihatkan dengan sebuah Doa
Doa yang Ia panjatkan ketika semua orang tertidur, Doa yang Ia panjatkan ketika ku berada jauh dengannya, dan Doa yang Ia panjatkan ketika semua orang sibuk dengan pekerjaannya
Cinta Ayah selalu berupa sebuah Doa dan Nasehat :’D
Selalu teringang di hatiku, kata Ayah “ Nak, jadilah dirimu sendiri, bekalilah hidupmu dengan ilmu, agar hidup kita tak sia-sia, dan selalu bersyukurlah setiap jantung berdetak kepada Yang Maha Pemberi Kebahagiaan, Allah SWT. Aamiinn ”

Dan sesungguhnya, aku sangat bersyukur karena telah lahir dari rahim Ibu dan kasih sayang Ayah.. Trims Ya Allah  :’D

True Love






Cinta adalah salah satu karunia yang Allah berikan pada setiap insan
Cinta tumbuh bukan karena dipaksa ia harus tumbuh
Cinta tidak dapat digambarkan, hanya dapat dirasakan
Rasa senang, sedih, kecewa, marah, dikarenakan oleh cinta

Cinta tidaklah sama dengan barang yang dapat dilihat oleh materi
Karena cinta datang dengan sendirinya, tanpa kita pinta
Namun janganlah mematahkan cinta sejati
Karena cinta sejati akan tumbuh pada mereka yang percaya

Senin, 02 Juli 2012

Air Mata



Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna,
Tangan, kaki, mata, hidung, telinga, dan lainnya dengan fungsi yang berbeda,
Tentunya semua yang Allah ciptakan, takkan ada yang sia-sia.
Tak terkecuali dengan air mata..

Air mata itu..
Sebuah anugerah terindah dari Allah,
Tanpa air mata, hati takkan bisa mengekspresikan suasana hatinya.
Sedih, Senang, kecewa, hingga marah pun dapat diungkapkan lewat setetes air mata,

Banyak orang yang bilang, bahwa menangis tandanya cengeng,
Tandanya lemah, tandanya tak tegar.
Menangis bukan lah tanda menyerah, tetapi tandanya berpasrah diri,
Adakalanya setelah menangis, dapat kekuatan kembali untuk berpikir lebih jernih.
Air mata pula dapat mengungkapkan tanda cinta kita pada seseorang,
Pada orang tua, kekasih, terutama cinta pada Allah Yang Maha besar.
Oleh karena itu, menangislah ketika hati ingin menangis.
Jangan malu, karena Allah selalu ada dan tahu yang terbaik bagimu..

Rabu, 15 Februari 2012

Ternyata Satu Merk




Dia adalah seorang gadis yang mulai beranjak dewasa,  seorang gadis yang sedang belajar apa arti hidup,  seorang gadis yang bisa dikatakan polos karena ketaktahuannya terhadap apa yang terjadi di dunia. Sebut saja namanya Lily. Dan kini, Lily sedang belajar apa yang bukan menjadi hoby ataupun kelebihannya, yaitu Komputer. Dia belajar Komputer, karena sudah menjadi kewajibannya dalam hal pelajarannya di sekolah dan tentu saja ia tak ingin diledeki teman-temannya.

Suatu hari, ia dihadapkan pada sebuah jejaring di dunia maya yang ia sendiri pun tak tahu siapakah yang dibalik akun tersebut, apakah benar si pemilik akun atau hanya untuk membohongi orang-orang. Ketika itu, seseorang yang tak dikenal namanya ingin berkenalan dengannya lewat jejaring tersebut. Sungguh, ini pertama kalinya Lily mendapat teman lewat jejaring tersebut, ia merasa senang karena bukan hanya temannya itu ramah, tetapi ia adalah seorang lelaki tampan. Lily tak sedikit pun berfikir kalau teman di dunia maya itu terkadang adalah seorang pembohong.

Kurang dari sebulan, Lily sudah sangat akrab dengan lelaki itu, bahkan ia lebih sering sibuk bercanda dan mengobrol dengan teman mayanya dibanding dengan teman sekolah ataupun keluarganya. Semua temannya berfikir bahwa ia sedang jatuh cinta, karena ia begitu antusias jikalau sedang bercerita tentang lelaki tersebut.

Di dalam keakrabannya itu, lelaki itu sering bercerita tentang orang tuanya yang kaya tetapi tak perhatian dan penyakitnya yang sudah akut, itu membuat Lily sangat perhatian padanya. Jikalau Lily adalah seorang dokter, ia pasti akan menyembuhkan temannya itu, pikirnya. Seiring berjalannya waktu, mereka pun bertemu di tempat yang mereka janjikan. Namun, setelah bertemu, Lily merasakan ada yang aneh dengan lelaki tersebut. Ia merasa bahwa wajah lelaki tersebut tak asing baginya, karena wajahnya mirip dengan teman sewaktu SMP. Namun, lelaki itu bersikeras bahwa ia bukan teman SMP-nya. Karena kepolosannya, Lily pun menerimanya tanpa bantahan apa-apa. Suatu ketika, lelaki itu menyatakan perasaanya pada Lily. Dan Lily pun mengangguk dan tersenyum. Kisah cinta merekapun dimulai. Hari berganti hari, Lily merasakan ada yang aneh terhadap diri kekasihnya. Karena ia merasakan sifat kekasihnya yang sensitif, tidak jantan, dan sering memakai jaket jika bertemu. Tetapi, keanehan ini tak dianggap olehnya. Dia tetap merasa senang.

 Karena ini adalah cinta pertamanya, maka Lily berniat mengenalkan kekasihnya pada keluarganya. Pada awalnya, kekasihnya tak mau bertemu, ketika dirayu oleh Lily yang manja itu maka ia pun mau bertemu dengan keluarga Lily. Setelah sampai di depan rumah, ada seorang anak kecil berkata pada lelaki itu, “kakak ini temannya kak Lily yah?” hal ini tentu membuat Lily tersentak kaget. Tapi, lagi-lagi tak dihiraukannya.

Mungkin ini bukan hari keberuntungan Lily untuk mengenalkan kekasihnya, karena saat masuk ke dalam rumah, tak ada siapapun kecuali Bundanya. Walaupun begitu, Lily tak mau mengecewakan kekasihnya. Oleh karena itu, ia tetap mengenalkannya pada Bundanya. Namun, wajah Bunda terlihat aneh ketika pertama kali melihat kekasih Lily tersebut. Dan bunda membisikkan Lily “kok dia mirip cewek ya, Ly? Sikapnya yang pemalu dan suaranya yang kecil saat bersalaman dengan bunda? Dia juga tak tahu sopan santun, karena dia hanya menunduk dan tak menjawab pertanyaan bunda. Sudahlah, jangan dekati dia lagi, nak. Bunda khawatir.”

Sejak saat itu, Lily bingung harus percaya pada siapa. Bundanya kah atau kekasihnya? Kebingungan itu akhirnya terjawab pada saat Lily tak sengaja menelpon kekasihnya di nomor temannya. Karena entah mungkin temannya lebih polos dari Lily atau tidak, dia berbicara apa adanya.

Lily : “halo dek. Bisa bicara dengan Kiky?”
Cewek : “ iya, halo. Oh, maaf kak. Kalau kakak ingin menelpon mbak Kiky, nanti saja. soalnya dia lagi ga ada di kost. Ini dengan siapa yah”

Jelas saja Lily sangat kaget mendengar hal itu, tetapi ia tak begitu saja mematikan telpon. Karena ia ingin penjelasan yang benar, maka ia berpura-pura menjadi teman mbak Kiky dan ingin mengetahui siapa itu mbak Kiky. Setelah ia mematikan percakapannya dengan cewek itu, ia pun langsung menangis tak henti-hentinya. Karena hatinya telah hancur dan benar apa yang dikatakan oleh bunda. Bahwa sebenarnya kekasih yang ia cintai itu adalah seorang WANITA. Dan wanita tersebut menyukai sesama jenisnya, bukan lawan jenisnya. Perasaan menyesal itu  muncul di kepala Lily, “kenapa aku begitu bodoh hingga tak tahu siapa dia sebenarnya. Ampuni aku, Ya Allah..”

                Sejak saat itu, Lily tak mau dulu mengenal cinta. Karena hal itu hanya membuang-buang waktu. Kini, ia terus dan terus belajar hingga saatnya ia sukses nanti.
                                                                          ***

Kesimpulannya : "bahwa setiap manusia dilahirkan berpasang-pasanganan, janganlah menyalahi kodratnya dan menyukai sesama jenis. Karena itu sangat tak disukai oleh Allah. Gapailah cita-citamu terlebih dahulu, karena jodoh takkan lari kemana. Dan, kita harus banyak mencari ilmu agar kita tak dapat dibodohi oleh orang lain. "

Selasa, 15 November 2011

Mencari Jati Diriku


Pada seorang wanita yang Kau pilih untuk menjagaku,
Engkau memberinya segumpal daging yang kian lama membentuk sebuah tubuh,
lalu, Engkau tiupkan ruh ini ke dalam tubuhku sejak aku dalam kandungan..
Setelah 9 bulan lamanya, aku lahir ke dunia ini dengan jerit tangisku dengan genggaman tanganku yang keras.
seraya dalam hati “aku ada dimana? Aku butuh perlindungan, ya Allah”
sesaat itu pula, ku merasakan sesosok bidadari yang tersenyum di samping sedang memelukku dengan hangatnya. “ya Allah, apakah ini bidadari yang Kau kirimkan untuk menjagaku ketika ku tersesat dalam luasnya dunia, ketika ku ketakutan dalam kerasnya dunia, ketika ku mencari tempat berlindung untuk mencurahkan isi hatiku dalam suka ataupun duka? Sungguh, bidadari ini sangatlah cantik ya Allah, hatinya begitu lembut, hingga aku dapat merasakannya ketika ia menangis tersenyum sambil memelukku. Terima kasih ya Allah atas pemberianMu ini. Aku akan memanggilnya dengan sebutan Ibu. Lalu, di sampingku ada sosok pria yang sedang tersenyum melihatku. Dengan tubuhnya yang gagah, ia mencoba menggendongku di peluknya. Ya Allah, aku merasa tenang jika sedang dalam pelukannya ini. Terima kasih atas semuanya ya Allah. aku pun akan memanggilnya dengan sebutan Ayah.”
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, ku dapat melihat indahnya dunia dan kasih sayangnya sebuah keluarga, terutama Ibu. Ia yang selalu mengorbankan dirinya demi aku, demi sesuap nasi dan susu, ia berkorban bekerja siang dan malam, tentu saja Ayah pun tak pernah letih membanting tulang demi aku, anaknya. Tetapi, dengan sibuknya mereka bekerja, mereka pun tak pernah melupakan aku. Aku tak pernah kekurangan kasih sayang yang mereka berikan padaku. Mereka tak luput memberikan aku nasihat-nasihat jika aku salah dalam perilaku yang kulakukan.
Perlahan tubuhku berkembang, tentu saja dengan berkembangnya tubuhku, sifat dan sikap ini mulai terlihat. Pendiam, kuper, sensitif, lemah, kurang pintar, selalu mengalah, dan tak bisa bergaul dengan yang lain. Tetapi Ibu yang sudah mengerti sifatku, ia tak hentinya memberiku semangat. Dengan wajahnya yang tersenyum, ia terus berusaha agar aku harus ceria, bisa bergaul dengan teman lainnya, tegar, kuat, dan tak putus asa. Aku tak henti-hentinya mengucap Hamdallah, beterima kasih pada Engkau, ya Allah.
Kini, aku sudah menginjak dewasa dan sedang merantau ke kota orang untuk pendidikan kuliahku. Tetapi, sifatku yang dahulu masih tetap sama, walaupun ada beberapa yang berubah. Disini orang-orangnya tak seperti di kampungku, yang simpati, ramah, murah senyum, menghargai hak dan kewajiban orang lain, dan segala hal yang jauh berbeda setelah ku tinggal di kota.
Jujur, aku tak betah jika terus berada disini, tapi ku tak bisa mengatakannya pada orang tuaku, karena pasti mereka akan bersedih jika mendengarnya. Disini, aku merasa tak dihargai, karena rata-rata sikap mereka yang individualistis. Aku tahu, bahwa kita tak boleh mengeluh atas apa yang kita miliki, tapi jika ini membuat hatiku resah, apa boleh buat ya Allah??
aku merasakan bahwa mereka memanfaatkan sifatku ini. Mungkin jika satu atau dua kali, aku masih bisa memaafkannya, tetapi jika berkali-kali apakah aku tak ada kesempatan protes ya Allah?? mungkin aku tak pernah menunjukkan kemarahanku,selalu mengalah dan selalu menurut atas yang mereka perintahkan. Itu semata-mata karena aku menghargai mereka sebagai teman, tetapi jika hal ini terus menerus dilakukan, ku tak sanggup ya Allah, sungguh ku tak sanggup. Apakah harus ku mengubah sifatku ini menjadi seperti orang lain agar mereka mau menghargai aku dan tak memandang sebelah mata terhadapku, ya Allah??
ya Allah, tolong Engkau tunjukkan bagaimana aku harus bertindak. Aku akan selalu meminta perlindunganMu ya Allah. Amin yaa Robbal Al-Amin..

Senin, 07 November 2011

Ketika Kasih Sayang mulai Luntur

“eh,eh,,ini lucu banget gelangnya.. menurutmu,gimana zi, yan?” sambil mengambil dan mencobanya, Diah kayanya seneng banget deh. “iya, lucu diy. Trus, ini talinya juga bisa dilonggarin, kan? Takutnya kalo dipake sama aku, ga muat lagi. Hehe,,. Kamu mau beli diy?”. “iya, qu mau beli. Asalkan Uzi nd Dian juga beli ya. Biar kita samaan gitu. Ini kan sbagai tanda persahabatan kita. Gimana?”. Aku dan Dian saling tatap mata lalu senyum tanda setuju. Setelah puas memilih-milih gelang yang akan dibeli, kami pun pulang ke rumah masing-masing. Esok harinya, gelang itu pastinya sudah kita pakai ke sekolah. Semenjak bertemu mereka, rasanya ku sudah lama mengenal mereka, hingga aku tau kebiasaan dan sifat masing-masing dari mereka.
Dari sejak kelas 1 sampe kelas 3 SMA, kita selalu bersama. Dan kita pun sudah akrab pada masing-masing keluarga kita. Belajar bareng, bercanda bareng, sampe nangis pun kita bareng, jika salah satu dari kita lagi sedih. Hal-hal yg ga’ mungkin ku lupain slamanya yaitu saat ku sedang bersama mereka. Karena walaupun Diah nd Dian sifatnya agak egois, itu tak menjadi masalah buatku. Karena ku tau, walaupun mereka seperti itu, tapi mereka sayang sama aku. Begitu pula aku, sayang banget sama mereka.
tingkah konyol kita yang aneh saat di foto, terutama kedua sahabatku.
senyuman ini yang membuat ku rindu pada keakraban kita dulu.. :)

            
Surat kelulusan pun datang pada saat kita selesai menjalani UN dan UAS. Alhamdulillah, kita bertiga lulus semua, walaupun aku sempet sedih, karena Diah dan Dian bisa bareng lagi di Universitas yg sama di Jakarta Utara. Sedangkan aku, diterima di Universitas di Jakarta bagian Timur. Walaupun sama-sama di Jakarta, tetap saja jauh, begitu kata batinku.
Sebulan, dua bulan, tiga bulan kami masih tetap sering berkomunikasi walaupun hanya sekedar telpon dan sms. Berbagi cerita suka dan duka kita lalui bersama. Rasa kangen yang meluap akhirnya tersampaikan juga ketika kami sedang berada sama-sama di kampung halaman.
Tetapi, pada suatu saat Diah dan Dian sms aku curhat tentang kekesalan mereka terhadap sifat sahabatnya yang sekarang mulai berubah. Diah kesal dan menangis saat cerita tentang Dian yang begini, Dian pun cerita tentang sifat Diah yang begitu. Pada saat itu aku cemas dan tak tau harus percaya pada siapa. Keduanya sahabatku dan tak mungkin ku hanya memihak salah satu di antara mereka. Aku sudah mencoba menenangkan hati keduanya dan mencari jalan keluarnya, tapi keduanya tetap saja tak mau mengerti dan menurut mereka masing-masing, pendapat merekalah yang benar. Ya Allah, aku rasanya ingin menemui mereka dan ingin bicara langsung pada keduanya, tapi itu semua tak mungkin, karena aku pun disini masih banyak tugas kampus yang harus diselesaikan. ketika ku berbicara dengan mereka, meminta saling memahami dan mengerti satu sama lain, malah mereka bertengkar di depanku. Pada liburan-liburan berikutnya, semua tak seperti dulu. Aku hanya bisa bertemu dan saling rindu hanya pada masing-masing dari mereka. Hari ini ku dapat bertemu Dian, hari berikutnya ku bertemu Diah. Tapi, kami tak dapat berkumpul bertiga seperti dulu lagi. Sungguh, hal ini membuatku kecewa sangat dengan sikap mereka seperti itu. Apa yang harus ku lakukan sekarang?
aku ga’ mau kita sendiri-sendiri seperti tak mengenal satu sama lain, sobat..
kalian lah yg membuat diriku setegar ini
menjalani suka dan duka kehidupan.. :)

Aku sangat merindukan kalian yang dulu, yang ceria dan tak pernah bertengkar sehebat ini. Apa mungkin kita akan selamanya begini, sobat? Aku tak bisa, sungguh.  Apakah kalian sanggup jika kita terus begini? Tapi, ku akan terus mencoba buat kalian bersatu kembali. Bagaimana pun caranya, aku akan berkorban demi kita. Aku, Dian dan Diah.