Selasa, 12 Juli 2011

KTI pertamaku

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap negara (bahkan agama) didirikan atas  dasar falsafah tertentu untuk mengetahui arah dan tujuan yang ingin dicapai. Dari sudut pandang falsafah, Pancasila dipahami sebagai philosphical way of thingking atau philosophical system, yaitu Pancasila bersifat obyektif ilmiah karena uraiannya bersifat logis dan dapat diterima oleh paham yang lain.
Pancasila dijadikan  sebagai dasar negara sekaligus ideologi negara, karena Pancasila sebagai cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa Indonesia, serta menjadi tujuan hidup berbangsa dan bernegara Indonesia. Selain itu, Pancasila pun menggunakan ideologinya sebagai ideologi terbuka, karena di Indonesia menganut sistem pemerintahan demokratis yang di dalamnya membebaskan setiap masyarakat untuk berpendapat dan melaksanakan sesuatu sesuai dengan keinginannya masing-masing.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi dapat memicu pada perubahan pola pikir dari setiap individu. Mengacu pada ideologi bangsa Indonesia, yaitu ideologi pancasila yang menjadi landasan bagi negara kita. Jati diri bangsa yang kian telah rapuh oleh perubahan zaman dimana konsep nasionalisme bangsa Indonesia telah hilang. Kini hanya tinggal sebagian warga Indonesia yang masih memegang erat konsep nasionalisme tersebut. Sebagai contoh perkembangan zaman antara masyarakat yang tinggal di pedesaan dan masyarakat yang tinggal di perkotaan.
Suatu kelompok masyarakat yang tinggal di desa tentu saja berbeda dengan kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Perbedaan itu sudah sangat jelas dilihat dari sarana prasarana, pengetahuan seorang pendidik, dan peserta didik itu sendiri. Jika dilihat dari sisi masyarakat yang tinggal di desa, mereka sangat kurang dalam hal pengetahuan yang luas. Karena selain tidak memiliki sarana prasarana yang cukup memadai, seperti papan tulis masih memakai kapur, pakaian sekolah masih seadanya, lingkungan yang kurang akan jaringan teknologi, dan penguasaan ilmu pengetahuan seorang pendidik yang masih kurang dalam hal mengajar. Dari sisi pengetahuan keluarga pun masih kurang. Oleh karena itu, terkadang sikap dan tutur kata yang baik masih kurang dipertahankan karena sudah terpengaruh pada lingkungan mereka.
Sepintas pola pikir mereka, pendidikan yang mereka tanamkan tidak akan berpengaruh apa-apa dan hanya sia-sia jika digunakan. Jika sebuah pendidikan akan menghasilkan sebuah pekerjaan, dan pekerjaan akan menghasilkan uang. Maka “waktu” itu sangatlah lama untuk menghasilkan “uang”. Jadilah kesimpulan bahwa dengan berhenti mengejar pendidikan dan langsung mengejar pekerjaan akan cepat dapat menghasilkan uang.
Lain halnya masyarakat yang tinggal di kota, mereka sejak kecil sudah diberi asupan pendidikan yang sangat luas dari keluarga, guru, maupun lingkungan sekitar. Pengetahuannya pun jelas lebih luas, karena jaringan teknologi sudah ada dimana-mana. Mereka tinggal mendapat pendidikan yang lebih mudah dan tidak perlu memikirkan biaya yang akan dikeluarkan. Karena dari keluarga yang serba berkecukupan, uang tidak ada apa-apanya untuk pendidikan anak.
Perbedaan tersebut sangatlah berpengaruh pada ideologi Pancasila di Indonesia. Karena di dalam Pembukaan UUD 1945 dijelaskan adanya kewajiban belajar yang memberi kesempatan dan mengharuskan belajar kepada setiap anak hingga usia tertentu. UUD 1945 menginginkan adanya suatu sistim pengajaran nasional yang disesuaikan dengan kebudayaan dan tuntutan nasional. Jadi, jika perbedaan tersebut terus meningkat, berarti tujuan nasional pun tidak terpenuhi.

B.     RUMUSAN MASALAH

I.       Landasan pemikiran
a. Pendidikan

1.      Apa definisi pendidikan?
2.      Apa saja ruang lingkup dalam pendidikan itu ?
3.      Apa tujuan diselenggarakannya pendidikan ?
4.      Apa hubungan pendidikan dengan kehidupan masyarakat masa datang ?

b.      Pijakan ideologi pendidikan

1.      Ideologi apa yang dipakai dalam karya tulis ini ?
2.      Apa alasan memakai ideologi tersebut ?

c.       Kebutuhan pendidikan bagi bangsa Indonesia

1.      Apakah bangsa Indonesia membutuhkan pendidikan ?
2.      Landasan filosofis apa yang cocok bagi pendidikan di Indonesia ?
3.      Mengapa kita memerlukan pendidikan ?
4.      Tujuan apa yang ingin dicapai oleh bangsa ini ?
5.      Bagaimana mencapai hal tersebut ?
II. Praksis
a.      Guru

1.      Apa konsep guru yang ideal untuk bangsa ini ?
b.      Kurikulum

1.      Apa itu kurikulum ?
2.      Mengapa harus ada kurikulum ?

C.    PEMECAHAN MASALAH

I.       Landasan pemikiran

a. Pendidikan
1.      Definisi pendidikan.
2.      Menjelaskan ruang lingkup dalam pendidikan itu.
3.      Menjelaskan tujuan diselenggarakannya pendidikan.
4.      Hubungan pendidikan dengan kehidupan masyarakat masa datang.

b.      Pijakan ideologi pendidikan

1.      Ideologi yang dipakai dalam karya tulis ini.
2.      Alasan memakai ideologi tersebut.

c.       Kebutuhan pendidikan bagi bangsa Indonesia

1.      Bangsa Indonesia membutuhkan pendidikan.
2.      Landasan filosofis yang cocok bagi pendidikan di Indonesia.
3.      Menjelaskan perlunya pendidikan.
4.      Tujuan yang ingin dicapai oleh bangsa ini.
5.      Menjelaskan cara mencapai hal tersebut.


II. Praksis
a.      Guru

1.      Konsep guru yang ideal untuk bangsa ini.

b.      Kurikulum

1.      Pengertian kurikulum.
2.      Menjelaskan harus adanya kurikulum.


D.    MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari pembuatan karya tulis ini untuk memenuhi Ujian Tenah Semester dari mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan.
Tujuan karya tulis ini adalah sebagai berikut :

1.      Mengetahui perkembangan zaman masyarakat Indonesia dari masa ke masa.
2.      Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perkembangan zaman pada ideologi Pancasila.
3.      Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kebutuhan pendidikan bagi bangsa Indonesia.
4.      Mengetahui hubungan antara ideologi Pancasila dengan pendidikan di masyarakat.
5.      Mengetahui konsep guru yang ideal untuk bangsa Indonesia ini.



BAB II
Pencapaian Tujuan Pendidikan Mengacu pada Pancasila

1.    Pendidikan
A.    Definisi Pendidikan
Sebelumnya kita pahami dahulu istilah ilmu pendidikan (paedagogiek) dan Pendidikan (paedagogie). Istilah tersebut sebenarnya mempunyai makna yang berlainan “Ilmu Pendidikan” mempunyai makna sama dengan istilah “Paedagogiek” sedangkan “ Pendidikan” sama dengan istilah “paedagogie”. Sekarang perbedaannya adalah :
1.      Ilmu pendidikan (paedagogiek)
Lebih menitik beratkan kepada pemikiran permenungan tentang pendidikan. Pemikiran bagaimana sebaiknya sistem pendidikan , tujuan pendidikan materi pendidikan, sarana & prasarana pendidikan, cara penilaian, cara penerimaan siswa, guru yang bagaimana, jadi lebih menitikberatkan teori.
2.      Pendidikan (paedagogie)

Hal ini lebih menekankan dalam hal praktek, yaitu menyangkut kegiatan belajar mengajar. Tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan secara jelas. Keduanya harus dilaksanakan secara berdampingan, saling memperkuat peningkatan mutu dan tujuan pendidikan.
Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Semakin tinggi cita-cita manusia semakin menuntut kepada peningkatan mutu pendidikan sebagai sarana mencapai cita-cita tersebut.
 Setiap manusia secara individual ditinjau dari segi antropologi sosial disebut homo socius artinya makhluk yang bermasyarakat, saling tolong menolong dalam rangka mengembangkan kehidupannya di segala bidang. Mustahil jika manusia tidak membutuhkan manusia lain dalam memenuhi kehidupannya. Karena sewaktu dia lahir ke dunia ini pun tidak akan bisa langsung berjalan dan berbicara tanpa ada yang mengajari dan membimbingnya untuk melakukan hal tersebut. Jadi pantaslah jika manusia disebut sebagai homo socius. Selain disebut makhluk sosial, manusia pun disebut sebagai makhluk individu, makhluk susila, dan makhluk beragama.
Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaanbangsa yang berdasarkan pokok pada penciptaan kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa kita, sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum dalam alinea IV, Pembukaan UUD 1945.
Dasar pendidikan adalah pondasi atau landasan yang kokoh bagi setiap masyarakat untuk dapat melakukan perubahan sikap dan tata laku dengan cara berlatih dan belajar dan tidak terbatas pada lingkungan sekolah, sehingga meskipun sudah selesai sekolah akan tetap belajar apa-apa yang tidak ditemui di sekolah. Hal ini lebih penting dikedepankan supaya tidak menjadi masyarakat berpendidikan yang tidak punya dasar pendidikan sehingga tidak mencapai kesempurnaan hidup. Apabila kesempurnaan hidup tidak tercapai berarti pendidikan belum membuahkan hasil yang menggembirakan. Maka dari itu pendidikan tidak hanya di sekolah saja, di luar sekolah yang dilembagakan maupun yang tidak dilembagakan pun disebut ke dalam pendidikan.

B.     Ruang Lingkup Pendidikan
Pendidikan sebagai ilmu yang mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena didalamnya banyak segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun segi-segi atau pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan islam sekaligus menjadi ruang lingkup pendidikan adalah sebagai berikut :
1.      Peranan keluarga
Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan uatama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang pertama dikenal anak dan karena itu disebut primary community (lingkungan pendidikan utama).  Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembetukan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan dan pendidikan kesosialan, menjaga kesehatan, dan sejenisnya.

2.      Lingkungan sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang kedua dari lingkungan keluarga. Pendidikan sekolah termasuk lembaga pendidikan yang formal. Pendidikan di sekolah mempunyai jenjang dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Di dalam kehidupan bersekolah, anak berusaha meneruskan pendidikan yang sudah diberikan oleh krluarga dan berusaha untuk mengembangkannya sesuai nilai-nilai kemanusiaan bangsa-negara.

3.      Lingkungan masyarakat / organisasi pemuda
Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah satu unsur pelaksana asas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, di masyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya. Organisasi pemuda baik yang informal seperti kelompok bermain, kelompok sebaya di dalam lingkungan sekitar yang dibimbing oleh orang dewasa maupun yang formal diusahakan oleh pemerintah yang memberikan kepada anak-anak untuk mengembangkan kesadaran sosial, ketrampilan dan pengetahuan.

C.    Tujuan Diselenggarakan Pendidikan
Di dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 dikemukakan: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Selain itu, ada pula tujuan tidak sempurna, maksudnya tujuan-tujuan mengenai segi-segi kepribadian manusia “tertentu” yang hendak dicapai dengan pendidikan itu, yaitu segi-segi yang berhubungan dengan nilai-nilai hidup tertentu, seperti keindahan, kesusilaan, keagamaan, kemasyarakatan, dan seksual.
Dijelaskan pula tujuan pendidikan adalah untuk mendidik peserta didik menjadi tenaga yang siap pakai atau penyiapan tenaga kerja. Siap pakai adalah suatu tahapan pencapaian pengertian, kemampuan dan kemauan yang tinggi untuk menyeleseikan tugas yang diamanahkan.
Siap Pakai meliputi siap pakai keterampilan dan siap pakai mental. Siap pakai ketrampilan menentukan 15% dalam keberhasilan kita, sedangkan siap pakai mental menentukan 85% dalam keberhasilan kita. Anak didik dibimbing untuk mengembangkan bakat yang dapat digunakan untuk bekerja, karena bekerja merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia. Melalui bekeja, seseorang mendapat kepuasan tersendiri, bukan hanya karena bisa mendapat imbalan atau gaji, tetapi seseorang juga dapat memberikan sesuatu kepada orang lain dengan hasil kerja tersebut.
Oleh karena itu, pemerintah menyelenggarakan Wajib Belajar 9 tahun untuk rakyat Indonesia. Agar semua rakyat dapat memperoleh pendidikan yang layak sebagai bekal hidup. Tetapi bagaimanakah untuk anak-anak yang kurang mampu ? Pemerintahpun sudah menyelenggarakan dana BOS untuk anak-anak yang kurang mampu. Agar Indonesia dapat mengurangi tingkat pengangguran, Pemerintah pun menyelenggarakan pendidikan yang tidak dilembagakan, khusus untuk orang dewasa yang belum pernah duduk di bangku sekolah.

D.    Hubungan Pendidikan dengan Masyarakat Masa Datang
Manusia hidup dalam tiga dimensi waktu, yaitu masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Ketiga dimensi itu sangat berhubungan erat. Waktu yang lalu menentukan waktu yang sekarang dan waktu yang akan datang dipengaruhi oleh waktu yang lalu dan waktu yang sekarang. Jika kita mengenal pendidikan sejak dini, tentu akan hubungannya dengan masa datang. Masyarakat yang sukses adalah masyarakat yang sudah mengenal pendidikan sejak dia lahir hingga dewasa.
Amat kuat rasa ketidakpuasan banyak pihak atas keadaan pendidikan di Indonesia. Semua orang menginginkan agar pendidikan diperbaiki. Ada yang melihat perbaikan pendidikan dari sudut perbaikan mutu guru yang memerlukan perbaikan pendidikan guru, pembinaan karier, dan penghasilan guru. Ada pula yang melihatnya dari manajemen sekolah dan manajemen pendidikan umumnya.
Perlu dikemukakan bahwa yang mungkin lebih mendasar adalah kondisi masyarakat. Di satu pihak pendidikan bertujuan untuk menciptakan kondisi masyarakat yang lebih baik, lebih maju, dan lebih sejahtera bagi rakyat seluruhnya. Namun, untuk itu, pendidikan memerlukan pegangan dan pedoman ke arah mana masyarakat akan bergerak. Pandangan dan sikap hidup apa yang dikehendaki masyarakat dalam perjuangannya mencapai tujuannya. Hal ini berpengaruh kuat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
Dalam masyarakat Amerika ada keyakinan bahwa liberalisme adalah yang paling cocok untuk membawa kemajuan. Oleh sebab itu, pendidikan paling rendah sampai yang paling tinggi berpedoman pada pendidikan liberal. Terbukti bahwa masing-masing dapat menghasilkan pendidikan bermutu bagi masyarakatnya. Sebab, pedoman itu membawa perkembangan pemikiran dan perasaan yang sesuai dengan pandangan masyarakatnya. Itu kemudian menjadi kekuatan utama dalam meraih dan menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi.  Dengan begitu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidaklah netral, melainkan berkaitan erat dengan pandangan dan sikap hidup masyarakat. Tidak dapat dikatakan bahwa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bekas Uni Soviet atau Jepang lebih rendah daripada di Amerika. Kalaupun ada perbedaan, itu semata-mata terletak pada besarnya investasi dalam lembaga pendidikan atau penelitian tertentu.
2.      Pijakan Ideologi Pendidikan
A.   Ideologi yang dipakai
Di dalam sebuah ideologi, terdapat bebrapa macam ideologi, yaitu : ideologi liberalisme, ideologi komunisme, ideologi sosialisme dan ideologi pancasila. Masing-masing ideologi memiliki perkembangan pemikiran tersendiri.
Indonesia adalah sebuah negara dan sebuah negara memerlukan sebuah ideologi untuk menjalankan sistem pemerintahan yang ada pada negara tersebut, dan masing-masing negara berhak menentukan ideologi apa yang paling tepat untuk digunakan, dan di Indonesia yang paling tepat adalah digunakan adalah ideologi terbuka karena di Indonesia menganut sistem pemerintahan demokratis yang di dalamnya membebaskan setiap masyarakat untuk berpendapat dan melaksanakan sesuatu sesuai dengan keinginannya masing-masing. Maka dari itu, ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah yang paling tepat untuk digunakan oleh Indonesia.
B.   Alasan memakai ideologi Pancasila
Sebenarnya bangsa Indonesia secara resmi telah menetapkan Pancasila sebagai dasar negara. Itu berarti bahwa pendidikan di Indonesia harus berpedoman pada Pancasila yang meliputi sistem nilai yang luas. Memang secara formal hal itu dinyatakan dalam Undang-Undang Pendidikan maupun berbagai ketentuan lainnya.
Akan tetapi, dalam kenyataan, Pancasila belum menjadi pandangan dan sikap hidup masyarakat. Sejak Indonesia berdiri sebagai negara merdeka, bangsa kita telah dibombardir dengan berbagai ideologi dan pandangan hidup yang berbeda dari Pancasila. Banyak pihak berkepentingan untuk menguasai alam pikiran bangsa Indonesia. Sedangkan dalam tubuh bangsa kita sendiri ada yang lebih condong kepada pandangan hidup yang berbeda dari Pancasila.
Dalam kondisi umat manusia sekarang tidak akan mungkin untuk sama sekali meniadakan gangguan terhadap Pancasila. Akan tetapi, kalau ada usaha yang efektif untuk menjadikan Pancasila pedoman dalam setiap aspek kehidupan bangsa, gangguan itu masih tolerable. Itu pula yang diperlukan untuk mewujudkan pendidikan bermutu. Segala aspek teknis pendidikan baru akan membawa manfaat konkret dan jangka panjang apabila pendidikan berpedoman pada Pancasila secara konkret, dan tidak hanya sebagai semboyan yang mungkin sekarang sudah ada.
Agar Pancasila tidak hanya semboyan dan makin mampu bergulat dan bekerja sama dengan faham serta pandangan hidup lain, perlu ada usaha yang nyata, komprehensif, dan intensif. Itu memerlukan kepemimpinan, baik kepemimpinan untuk menghasilkan konsep dan sistem maupun kepemimpinan untuk menyelenggarakan usaha itu.

3.     Kebutuhan Pendidikan bagi Bangsa Indonesia
A.    Latar Belakang Pendidikan di Indonesia
Seperti negara lainnya, negara Indonesia pun pasti membutuhkan pendidikan untuk menjadikan negara ini lebih maju dari sebelumnya. Karena tidak ada seorang pun yang ingin suatu negara merosot dalam mutu pendidikan. Dahulu, Indonesia pernah dijajah oleh negara lain, seperti Jepang, Belanda, Perancis dan Inggris. Negara Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA) tetapi rakyat Indonesia tidak ada yang dapat mempertahankan dan memanfaatkan kekayaannya tersebut. Dari berbagai negara banyak yang ingin merebut SDA Indonesia dan memanfaatkan kelemahan Indonesia, yaitu rakyat yang tidak memiliki pendidikan dijadikan budak dan bangsa Eropa dapat mengembangkan agama katolik. Kini Indonesia sudah merdeka berkat Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dan pendiri yang lain. Sejak saat itu, mereka pun memikirkan pendidikan untuk rakyatnya agar kebodohan tidak terulang kembali pada masa penjajahan.
Tentu saja kita tidak ingin penjajahan tersebut terulang kembali. Dengan mencari ilmu pengetahuan yang dimana seseorang tidak tahu menjadi tahu, yang sebelumnya tidak mengerti menjadi paham, dan tahu mana yang baik dan mana yang buruk.
Dahulu, kita hanya memiliki meja tulis, kursi, papan tulis, dan kapur tulis dalam proses belajar mengajar. Tetapi, karena ini adalah zaman modern, yang sudah diperbaharui dan dilengkapi dengan teknologi, maka akan mempermudah kita untuk memahami pembelajaran tersebut.
Ananda W.P. Guruge juga mengklasifikasikan konsep pendidikan dalam enam kategori, masing-masing dengan prioritas programnya. Masing-masing kategori tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Para Buruh dan Petani
2.      Golongan Remaja yang Terganggu Pendidikan Sekolahnya
3.      Para Pekerja yang Berketerampilan
4.      Golongan Technician dan Professionals
5.      Para pemimpin dalam Masyarakat
6.      Golongan Anggota Masyarakat yang Sudah Tua
Pendidikan kita selama ini memang telah melahirkan alumnus yang menguasai sains-teknologi melalui pendidikan formal yang diikutinya. Akan tetapi, pendidikan yang ada tidak berhasil menanamkan nilai-nilai kebajikan. Kita lihat berapa banyak lulusan pendidikan memiliki kepribadian yang justru merusak diri mereka. Pendidikan kita juga menghasilkan lulusan yang berakhlak buruk, seperti senang curang, gila harta, tidak punya kepekaan sosial dan serakah. Inilah yang membuat rakyat Indonesia tidak pernah maju dan masih banyaknya angka pengangguran.
B.     Landasan Filosofis Bangsa Indonesia
Mengutip kata-kata bijak para filosof, pendidikan sejatinya ditujukan untuk membantu memanusiakan manusia. Pendidikan tersebut harus mencakup unsur jasmani, rohani, dan kalbu. Hanya saja, kita melihat pendidikan di Indonesia masih sangat tertinggal jauh dengan negar-negara berkembang lainnya. Pendek kata, pendidikan kita belum mampu mengantarkan anak didik pada kesadaran akan dirinya sebagai manusia. Padahal manusia adalah pelaku utama dalam proses pendidikan.
Landasan filosofis terhadap pendidikan mengkaji masalah sekitar pendidikan dengan sudut pandang filsafat. Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut. Karena tujuan filsafat pada mulanya adalah mulia. Yakni, membuat orang cinta kebijaksanaan, dan seterusnya menjadi bijaksana. Jadi filsafat merupakan hasil pemikiran yang didasarkan pada rasio (akal), dan karena rasio (akal) adalah anugerah Allah, maka capaiannya kadang-kadang bisa benar. Tetapi, karena bukan wahyu, maka akal pun bisa keliru.
Beberapa aliran filsafat pendidikan :
1.      Filsafat pendidikan progresivisme. Yang didukung oleh filsafat pragmatisme;
2.      Filsafat pendidikan esensialisme. Yang didukung oleh filsafat idealisme dan realisme; dan
3.      Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
C.    Perlunya Pendidikan Bagi Manusia
Manusia pasti memerlukan pendidikan, baik yang formal, informal, maupun non-formal. Pertama, karena manusia perlu merealisasi seluruh hakekat yang melekat pada dirinya dan memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Bahwa manusia mempunyai ciri khas yang bisa membedakannya dengan hewan. Kedua, karena manusia ingin menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Manusia tidak akan terus bertahan hidup jika ia tidak bisa menyesuaikan dirinya sendiri pada suatu tempat yang mungkin belum dia pahami situasi dan kondisi. Ketiga, karena manusia ingin dapat menyelesaikan masalahnya. Setiap makhluk hidup di muka bumi ini pasti memiliki masalah masing-masing dan tidak akan sanggup jika tidak bisa diselesaikan dengan baik. Keempat, karena manusia mempunyai keinginan untuk tahu tentang segala sesuatu yang “baru”. Manusia memiliki hawa nafsu untuk mendapatkan yang terbaik dari yang ia miliki di tangannya.
Lepas dari hal itu umat manusia khususnya umat islam diwajibkan untuk menuntut ilmu. Berdasarkan sabda rasulullah ''menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim". Ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu syar'i (ilmu agama) dan untuk itulah kita butuh pendidikan.
D.    Tujuan yang Ingin Dicapai Bangsa Indonesia
Tujuan atau hasil dari sebuah pendidikan adalah berupa perubahan sikap dan tingkah laku. Perubahan sikap dan tingkah laku dapat berupa penambahan keterampilan, pengetahuan, cara bersosialisasi, menerapkan aturan, tata krama, dan nilai-nilai. Selain itu, bangsa Indonesia ingin rakyatnya menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki kepribadian yang mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Jika semua itu bisa ditanamkan pada semua orang, pasti Indonesia akan menjadi lebih berkembang dari sebelumnya.
E.     Cara Mencapai Tujuan Bangsa Indonesia
Cara mencapai tujuan itu tergantung pada setiap individu masing-masing. Cara pertama yang dilakukan adalah mencoba untuk belajar. Belajar adalah usaha anak didik untuk meningkatkan kemampuan cognitif, afektif dan psychomotorik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk itu anak didik harus dapat :
1.      Belajar untuk mengenal  cara dan sarana untuk memahami pengetahuan lebih lanjut.
2.      Belajar berkarya untuk meningkatkan kreativitas, produktivitas dan profesionalisme.
3.      Belajar membentuk jati diri dengan jalan mengembangkan semua potensi yang ada, agar anak dapat mencapai kemandirian, kemampuan bernalar, disiplin dan bertanggung jawab.
4.      Belajar untuk hidup dalam kebersamaan dalam mengembangkan pemahaman atas sejarah, tradisi dan nilai-nilai warga lain yang didasarkan atas pengakuan saling ketergantungan dalam menghadapi tantangan masa depan.
Selain sarana prasarana, sangat diperlukan pendidik yang profesional agar selain tujuan untuk mencerdaskan peserta didik juga tercapai pembentukan perilaku ke arah yang lebih baik.
Demikian juga penanaman moral yang tertuju pada tri pusat pendidikan, yaitu pendidikan formal, pendidikan in-formal, dan pendidikan non-formal. Jadi, baik dalam sebuah keluarga, perlu diciptakan peraturan agar anak dapat mengontrol sikap dan tutur katanya, maupun di sekolah, dan di lingkungan masyarakat. Jika semuanya dapat berjalan dengan baik, bangsa ini insya Allah akan tercapai tujuannya.








II. Praksis
A.   Konsep Guru yang Ideal
Di dalam sebuah kehidupan, pasti seseorang membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dan mengajarkan arti sebuah kehidupan. Di dalam sebuah keluarga, orang tualah yang mengajarkan tentang pendidikan pada anak, sedangkan di sekolah, anak mendapatkan pendidikan dari seorang guru. Dengan tidak memandang siapa dan dari mana tempat tinggal anak, guru akan tetap mengajar dan membimbing anak tersebut. Dengan penuh tanggung jawab dan kesabaran, guru mengajarkan hal-hal yang membuat anak penasaran akan sesuatu yang baru itu.
Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses pendidikan. Karena guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik. Guru harus bisa mengajarkan peserta didik tentang materi-materi yang sudah ditentukan, selain itu guru pun harus membimbing peserta didik kepada hal yang bersifat positif agar peserta didik tersebut dapat memahami mana yang baik dan mana yang buruk.
Kemampuan profesional yang dimiliki oleh guru akan menentukan kualitas/mutu dari profesi guru tersebut. Bahwa guru yang bermutu ditentukan oleh empat faktor utama :
1.      Kemampuan profesional, adalah intelegensi, sikap dan prestasi di bidang pekerjaannya. Untuk mencapai kemampuan profesional seorang guru tidak cukup mengantungi ijazah, tetapi kemampuan belajar seumur hidup.
2.      Upaya profesional, adalah untuk menstransformasikan kemampuan profesional ke dalam tindakan pendidik dan mengajar secara berhasil. Upaya tersebut diwujudkan dengan penguasaan keahlian dalam menyusun program pengajaran sesuai tahap perkembangan anak.
3.      Waktu yang tercurah untuk kegiatan profesional, adalah intensitas waktu dari seorang guru yang dikonsentrasikan untuk tugas mengajar. Tidak mungkin guru menjadi profesional jika hanya sebagian kecil waktu yang tercurah untuk pekerjaannya sedangkan sebagian besar waktunya digunakan untuk, misalnya bekerja di tempat lain.
4.      Akuntabilitasnya, adalah keadaan untuk dipertanggungjawabkan. Maksudnya seorang guru bisa dikatakan profesional jika pekerjaannya itu dapat menjamin kehidupan mereka.
Tidak pantas bagi seorang guru yang membiarkan siswanya tidak mendapat tambahan pengetahuan. Dan, kebanggaan bagi guru yang mampu menanamkan pengetahuan kepada siswanya dan pengetahuan itu bermanfaat bagi kehidupan di masa yang akan datang. Jadi, kepada guru marilah kita perbaiki sikap dan metode pengajaran yang selama ini kita jalankan dalam mengajarkan satu pelajaran. Dengan memperbaiki sikap dan metode pengajaran kita adalah salah satu jalan untuk membuat pelajaran itu lebih disenangi dan mudah bagi siswa.

B.     Kurikulum
1.      Definisi kurikulum
Kurikulum adalah yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah. Kurikulum dapat dipandang sebagai bagian dari kehidupan. Oleh karena itu, kurikulum berpengaruh sekali kepada maju mundurnya pendidikan. Kurikulum itu tidak statis, tetapi dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam faktor yang mendasarinya.
Apabila kita mengadakan pembaharuan dalam pendidikan, kita harus memperhatikan kurikulum yang sudah dirumuskan. Kalau pendidikan diperbaharui, maka sudah otomatis kurikulumnya pun harus berubah. Kita tidak bisa mengadakan pembaharuan tanpa perubahan pada kurikulum.
Selain itu, ada pula pengertian kurikulum dari pendapat lain, yaitu kurikulum ialah suatu patokan rencana-rencana dalam hal penyelenggaran pembelajaran yang memiliki tujuan dan cita-cita tertentu yang berlandaskan pada pengalaman-pengalaman pembelajaran sebelumnya, yang bersifat flexible (dapat mengalami-mengalami perbaikan) dan didesain oleh sekolah agar murid-murid itu memiliki representasi fungsi langsung di masyarakat.
2.      Mengapa harus ada kurikulum ?
Guru dan kurikulum adalah komponen penting dalam sebuah sistem pendidikan. Keberhasilan atau kegagalan dari suatu sistem pendidikan sangat dipengaruhi oleh dua faktor tersebut. Sertifikasi tenaga pendidikan dan pengembangan kurikulum yang belakangan ini tengah dilakukan adalah upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan melalui dua aspek di atas.
Sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa kurikulum sangat berpengaruh sekali pada maju mundurnya pendidikan. Jika di dalam dunia pendidikan tidak ada sistem atau kurikulum, semua materi pendidikan tidak akan berhasil diberi kepada anak didik, karena di dalam kurikulum lah materi disusun. Kurikulum sudah menjadi standar kelulusan anak didik yang mengikuti pendidikan di sekolah.
Walaupun anak didik menerima pendidikan di sebuah desa, tetap saja harus mengikuti kurikulum yang sudah ditentukan pemerintah. Karena kurikulum itu sudah menjadi patokan dari sebuah pendidikan.
Tetapi, kurikulum juga terkadang tidak disukai peserta didiknya, karena anak didik harus dapat memahami semua pelajaran walaupun ia tidak menyukai pelajaran tersebut. Kurikulum yang terlalu padat dan kurang membumi diperparah oleh ketersedian buku sebagai pegangan guru dan siswa dalam pendidikan di sekolah.
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan :
Bahwa setiap manusia berhak mendapat pendidikan, tidak memandang dia dari keluarga terpandang atau keluarga yang kurang mampu. karena pendidikan tidak hanya didapat dari sekolah saja, di lingkungan keluarga dan masyarakat pun termasuk sudah mendapat pendidikan. Selain itu, pemerintah membagi pendidikan menjadi 3 bagian, yang disebut juga tri pusat pendidikan. Yaitu pendidikan formal (pendidikan sekolah), pendidikan informal (pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan), dan pendidikan non-formal (pendidikan luar sekolah yang dilembagakan). Jadi seseorang tidak perlu khawatir jika ingin mendapat pendidikan karena masih buta huruf, sekarang sudah banyak lembaga yang siap membantu mereka.
Peranan guru terhadap pendidikan sangat penting sekali, karena tanpa ada orang dewasa yang membimbing orang yang belum dewasa tidak akan ada proses belajar mengajar. Dengan kesabaran dan ketelitinya, seorang guru dapat memahami siswa mana yang sudah mengerti dan yang belum mengerti dengan mudah. Begitu pula dengan kurikulum, guru tidak akan bisa mendidik siswa tanpa adanya kurikulum. Karena kurikulum yang menentukan jalannya sebuah pendidikan.



B.     SARAN
Kita sebagai manusia pasti ingin mendapat suatu ilmu dari kehidupannya. Walaupun kurang mampu dalam biaya sekolah untuk mendapatkan ilmu, janganlah pernah berfikiran bahwa mencari ilmu sangat sia-sia untuk menghasilkan uang. Karena uang dapat habis begitu saja bila dibelanjakan, lain halnya dengan ilmu, walaupun dibelanjakan dalam arti diamalkan pada orang lain tetapi tidak akan habis ilmu itu, malah akan bertambah.














DAFTAR PUSTAKA
http://netsains.com/2008/08/menyoroti-peran-guru-dan-kurikulum-dalam-sistem-pendidikan-nasional/


Ihsan, Fuad, Drs., Dasar-Dasar Kependidikan. Rineka Cipta, Jakarta: 2003

Meilanie, Sri Martini, Dra., M.Pd., Pengantar Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Jakarta, Jakarta:2009






Tidak ada komentar:

Posting Komentar